Oktober 2016 lalu, saya menjalani beberapa prosedur pemeriksaan penyakit jantung. Mulai dari masuk UGD, sampai proses kateterisasi jantung (angiografi koroner). Pengalaman saya bisa dibaca di sini dan di sini. Saya terdaftar sebagai peserta BPJS Non PBI, ikut suami saya yang PNS. Kelas rawat kelas I. Sebagian besar prosedur tersebut di-cover oleh BPJS.
Memancing Rujukan
Mengapa hanya sebagian? Karena pada awal sakit, permintaan rujukan saya sempat ditolak dokter keluarga. Alasannya, dokkel melihat kondisi umum saya baik, tak masuk kriteria sakit serius atau gawat. Padahal saat itu, saya merasa sesak di dada dan kesemutan di semua bagian kepala. Sambil minta maaf, dokkel menyarankan saya untuk periksa mandiri dulu. Jika nanti hasilnya menjurus ke sesuatu, baru dia bisa memberikan rujukan ke RS.
Akhirnya, saya periksa mandiri ke dokter spesialis penyakit dalam di RSUD. Dokter tersebut, alhamdulillah, merespon serius keluhan saya. Saya diminta cek darah (gula darah sewaktu, asam urat, dan profil lipid - kolesterol total, trigliserida), foto rontgen dada/thorax (untuk mendeteksi pembesaran jantung), dan EKG (elektrokardiografi/rekam jantung). Total biaya Rp216 ribu rupiah.
Dokter mencurigai hasil EKG saya, didiagnosa iskemik (kekuarangan oksigen) pada jantung. Hasil lab, kolesterol total 20 poin di atas normal. Rontgen didapati gambaran bronchitis pada paru-paru. Lainnya bagus. Beliau menyarankan saya ke klinik jantung RSUP di Semarang.
Nah, semua itu saya bawa ke dokkel. Barulah dokkel setuju bahwa saya sakit dan perlu pemeriksaan lanjutan. Saya diberi rujukan ke RSUD, menemui dokter sp penyakit dalam lagi, untuk kemudian dibuatkan rujukan ke klinik jantung RSUP dr. Kariadi Semarang.
Jadi, bila Anda yakin Anda sakit, ada sesuatu yang salah dengan jantung Anda, namun tak cukup sakit sesuai kriteria rujukan BPJS, bisa coba tip ini: memancing rujukan. :(
Echocardiography/ECG, Treadmill Test dengan BPJS
Di RSUP dr Kariadi Semarang, pasien jantung dilayani di 2 tempat. Untuk pasien bayar mandiri, di Gedung Elang (klinik eksekutif khusus jantung dan pembuluh darah/UPJ). Sedangkan pasien BPJS, dilayani di klinik jantung Gedung Merpati. Jangan khawatir, yang memeriksa langsung dokter spesialisnya, kok. Bukan residen. ;)
Saya diberi obat-obatan plus dirujuk untuk echocardiography(USG jantung) dan treadmill test. Sebab, terlihat indikasi penyakit jantung koroner pada EKG saya.
- -ECG untuk melihat struktur dalam jantung (jika bayar mandiri, sekitar Rp600-700 ribu)
- -Treadmill test, pasien diminta berjalan di atas treadmill (alat olahraga yang kecepatannya bisa distel), sambil dihubungkan dengan mesin EKG.
Semua di-cover BPJS. Hanya, biasanya waktunya harus antre. Saya bisa ECG sekitar 10 hari kemudian, sedang treadmill sebulan ke depan. Namun saya belum jadi treadmill, karena sewaktu ECG dokter langsung menyarankan kateterisasi. Semua prosedur ini dilakukan di Gedung Elang.
Syarat ke klinik jantung RSUP dr Kariadi Semarang, siapkan:
1- Surat rujukan asli dan fotokopinya
2- SEP (surat penjaminan/ACC dari BPJS di faskes tk. II/RSUD)
3- Kartu BPJS asli dan fotokopi
4- KTP asli dan fotokopi
5- Kartu Berobat RSUP dr Kariadi (jika sudah ada)
6- Buku obat warna hijau (jika ada)
7- Jangan LUPA, daftar dulu via telpon/SMS untuk mendapat nomor antrean dokter jantung yang Anda tuju (ada kuota pasien setiap harinya)
Telepon: (024) 841-7200
Via SMS: 0858-6548-3323 (formatnya: REG#nomor rekam medis Anda#kode klinik#kode dokter#tahun-bulan-tanggal)
Pendaftaran dilayani Senin – Jumat. Bisa mendaftar sebulan sebelumnya.
Kateterisasi Jantung dengan BPJS
Setelah di-echo/ECG (20 Oktober 2016), saya disarankan untuk kateterisasi. Karena hasil ECG, ada hipokinetik di jantung saya, diduga akibat penyempitan. Kateterisasi jantung atau angiografi dilakukan untuk melihat benarkah ada penyempitan pembuluh darah jantung, di mana lokasinya, dan seberapa parah. Dari sini, dokter bisa menentukan pengobatan selanjutnya.
Sebagai pasien BPJS, saya diantar suster mendaftar ke bed manager Gedung Elang/UPJ, untuk pesan kamar. Sebab, pasien program kateterisasi harus bed restpascatindakan. Rawat inap selama 1 hari. Dokumen pada saat pendaftaran ini sudah lengkap/lanjutan dari saat echo. Setelah beres, saya diberi rujukan oleh mbakbed manager untuk cek darah ke lab, sebagai persiapan kateterisasi.
Oya, ada disclaimer berikut dari pihak BPJS: jika pada hari H tak tersedia kamar sesuai hak rawat inap, maka pasien setuju untuk diturunkan kelas rawatnya.(Saya mikir, kalau turun kelas, dapet kembalian, dong? :p)
Saya terjadwal pada 31 Oktober 2016. Pada hari H, saya harus check in maksimal pukul 9 pagi. Ini yang harus saya dan pasien program kateterisasi bawa:
1 -Hasil laboratorium, ECG, rontgen
2 - Surat rujukan kateterisasi (disebut juga program PAC, kalau pasang ring PCI)
3 - Fc Kartu Keluarga
4 - Fc kartu BPJS
5 - Fc KTP, masing-masing 2 lembar kalau tidak salah
6 - Jangan lupa PUASA (pasien harus puasa makan, sesuai instruksi. Saya puasa sejak pukul 7 pagi)
*Siapkan saja fotokopian semua dokumen sebanyak beberapa lembar. Lebih baik berlebih, daripada ada yang kurang. Bakal repot!
Nanti pasien juga diminta tanda tangan banyak dokumen, antara lain persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap. Lalu, pasien dibawa ke kamar rawat, ganti baju rumah sakit, dan dipasang infus. Saya langsung diinfus karena rencana tindakan pukul 1 siang.
Prosedur kateterisasi membutuhkan waktu sekitar setengah - satu jam. Sebetulnya, tindakannya sih sebentar. Tapi, persiapan dan antre ruang cath lab-nya yang tak bisa diprediksi. Saya diantar ke cath lab pukul setengan satu siang, keluar pukul setengah tiga. Padahal, lama antrenya di dalam, hehehe. RSUP dr Kariadi memiliki 3 ruang cath lab.
Untuk prosedur PAC, dokter hanya akan melihat dan menilai kondisi jantung. Jika diharuskan ada tindakan lanjutan, misal pasang ring(PCI), maka akan dibuatkan jadwal berikutnya. Jadi, kateterisasinya lebih dari sekali. :(
Sekedar info, di rekening RS, tertera biaya prosedur kateterisasi yang saya jalani total sekitar Rp11 juta. Sedangkan bila pasang ring, berkisar Rp60 juta (tergantung jumlah dan kualitas ring/stent).
Demikian sharing pengalaman saya mendeteksi dan mengobati penyakit jantung koroner. Semoga membantu, ya. Dan untuk Anda, para calon pasien, pasien, maupun keluarga pasien, tetap semangat. Lebih baik mengetahui penyakit dalam tubuh, agar bisa mulai berhati-hati. Optimis, dengan ikhtiar menuju sehat, insyaAllah, Allah Yang Maha Kuasa tak akan menutup mata. Aamiin.
Salam sehat, sayangi jantung Anda!
0 Comments